Skip to main content

Kasihan sih, Tapi Lucu, Maaf ya

Assalamualaikum W. W.
Sambil menunggu proses revisi tugas akhir, saya sempatkan menulis entri tentang kisah lucu yang terjadi saat angkatan saya melakukan kegiatan kemah kerja (Field Camp). Review dikit ya tentang kemah kerja angkatan saya (Teknik Geomatika "12). Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 18 s.d. 23 Januari 2015 di Kec. Trawas (Desa Sukosari, Jatijejer, Sugeng) dan Kec. Pacet (Desa Cembor). Tujuan akhir dari kegiatan tersebut adalah untuk menghasilkan peta potensi desa yang sesuai dengan kaidah kartografis. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat beberapa pekerjaan yang kami lakukan diantaranya:
1. Survei Toponimi
2. Pengukuran Kerangka Kontrol dengan GPS
3. Pengukuran Detil Situasi dengan Total Station
4. Pelacakan batas desa dengan GPS Navigasi


Tim GPS Desa Sukosari, Kecamatan Trawas (Kemah Kerja 2015)
Dari Kiri  ke kanan ( Roni, Awalina, Nurul (Berdiri), Irma, Saya, Aris)

Masuk pada ceritanya yang saya katakan lucu tadi ya. 
Alkisah pada suatu pengukuran GPS Desa Sukosari. Terdapat 8 titik ikat GPS yang nantinya berguna sebagai titik ikat/kontrol /acuan terhadap pengukuran detil situasi yang dilakukan dengan  alat total station. Selain itu titik GPS juga digunakan sebagai titik kontrol di lapangan atau disebut ground control point (GCP) yang berguna dalam proses registrasi/georeferencing citra satelit. 
Karena metode geometri pengukuran GPS yang dipilih adalah metode radial statik dengan menggunakan 2 receiver GPS (jumlah receiver minimal jika memilih differential), maka ke-6 anggota Tim GPS Desa Sukosari dibagi menjadi dua, yaitu Tim Base dan Tim Rover (tim bergerak). Pembagiannya menempatkan saya bersama Awalina pada receiver-base dan 4 orang lainnya pada receiver-rover. 

Video Tim GPS Desa Sukosari

Ceritanya receiver-base sudah mulai untuk merekam data, dan receiver-rover 1 mulai merekam data. karena receiver-base memiliki kekurangan berupa lampu indikator yang kurang jelas, akhirnya terjadi kejadian mematikan receiveer-base untuk memastikan alat sudah merekam data. kejadian tersebut membuat data receiver-base dengan receiver-rover tidak terhubung dan membentuk baseline karena waktu pengamatan yang tidak sama. akhirnya kami rapat darurat dalam HT yang akhirnya memutuskan bahwa receiver-rover 1 harus direkam lagi agar terhubung pada baseline total (yang memuat receiver-rover 2 s.d. 8). Karena kejadian tersebut perlu perhitungan kembali terkait waktu pengamatan, karena kami harus tetap mematuhi kerangka acuan kerja serta jam kerja kemah kerja. 

Karena kondisi topografi kecamatan rawas yang merupakan dataran tinggi tentunya area pengukuran kami berbukit-bukit sehingga sinyal HT tidak terlalu jelas dan sinyal HP tidak ada. Akhirnya saya memutuskan untuk mengunjungi tim rover untuk memastikan apakah rencaa pengukuran ulang titik rover 1 perlu dilakukan atau tidak. Sebelum melakukan hal itu saya harus mencari teman untuk awalina agar tidak sendirian menjaga receiver-base. Alhamdulillah, tim pencari batas desa lewat dan saya akhirnya meminjamkan 1 anggota timnya untuk menemani awalina.

Saya langsung bergegas menuju posisi tim rover, tiba-tiba alam terlihat mulai tidak bersahabat, awan hitam mulai mengumpul tepatdiatas Desa Sukosari, gerimis hujan mulai berjatuhan, akhirnya saya berhasilmenemukan tim rover yang berada pada pengamatan titik rover 7, artinya kurang 1 titik lagi  (rover 8), kami bisa mengulang untuk mengukur di titik rover 1.

Pengukuran titik rover 8-pun akhirnya dimulai,sembari menunggu proses perekaman data GPS saya mencoba menghubungi Awalina di Base dengan HT, namun tidak bisa tersambung sama sekali. kondisi diperburuk dengan hujan yang tiba-tiba deras dan berpetir. karena kondisi tersebut akhirnya saya bersama tim rover memutuskan tidak mengukur ulang titik rover 1. 

Setelah pengukuran titik rover 8 usai, kami kembali menju base camp untuk beristirahat, sebenarnya kami ingin menjemput tim base, tapi karena kondisi lelah dan kendaraan khusus desa yang sedang bermasalah kami memutuskan untuk menunggu tim base di base camp saja. saya ceritikan sedikit kenapa saya menyebutkan kondisi kendaraan desa "Sedang Bermasalah". Ceritanya setiap desa dalam kemah kerja hanya diperbolehkan menggunakan 1 motor desa dan 1 motor asisten dalam operasional desa. motor Desa Sukosari yang digunakan saat itu adalah motor saya, dan sehari sebelum pengukuran kunci motor tersebut hilang sehingga dari 2 motor operasional hanya tersisi 1 motor asisten. sehingga operasional apapaun harus menunggu asisten sampai di base camp. (pada akhirnya sebelum kembali ke Surabaya kunci motor tersebut ditemukan di salah satu saku baju kemah kerja teman kami, padahal pada hari-hari sebelumnya sudah digeledah tidak ditemukan).

Gambar Tim Desa Sukosari di Depan Basecamp dan Pemiliknya (berbaju putih)

Menjelang maghrib seluruh tim kecuali 2 orang yaitu Awalina dan Wiwit (yang sedang menggu receiver GPS di titik base), sudah kembali. Setelah motor asisten datang akhirnya saya bersama teman saya menuju titik base. di sini lah poin lucunya dimulai.

Saat saya sampai di titik basse saya sangat  terkejut melihat receiver GPS masih berada diatas statif dan masih dalam proses perekaman data. Kelucuan-pun berlanjut, Wiwit bersiap melaksanakan sholat ashar, kemudian saya turun dari motor dan terjadilah dialog berikut:
Saya:  "heh... sekarang sudah setengah 6, udah mau maghrib kamu mau sholat apa", 
Wiwit: "mau sholat ashar"
Awalina: "mosok wes meh maghrib,wong sek padang ngene" (masak sih udah mau maghrib, kan masih terang gini)
Saya : iki lho wes jam setengah enem" (sambil menunjukkan jam di HP)
Wiwit: Astaghfirllah, aku gak sholat Ashar lak an (Astaghfirllah, saya nggak shiolat ashar ini)
Awalina: Ya Allah wes meh maghrib tenan, HP ku mbek Wiwit mati, HT sowak pisan, Jam gak enek,awak e dewe gak ngerti nak wes jam sakmono (ya Allah ternyata sudah hampir maghrib, HP ku sama punya wiwit sdah mati, HT juga rusak, Jam juga nggak ada, kami nggak tahu kalau sudah jam segitu). 
Saya: Ha... ha...ha... (tertawa lepas)

Bagaimana nggak tertawa coba, sekarang sudah tahun 2015, masih ada orang yang hanya menggunakan kondisi alam saja tanpa alat bantu penunjuk waktu apapun. hehe... seandaninya saya dan teman saya tidak kesini mungkin mereka sadar kalau sudah waktunya pulang pas sudah gelap gulita he..he..

Akhirnya semua alat pengukuran segera kami bereskan dan kami segera menuju base camp. dalam perjalanan kami tertawa terus dan di base camp kami juga terrus membahas kelucuan kisah tersebut. ha... ha.... ha... benar-benar kisah yang LUCU tapi KASIHAN.

Kondisi Daerah Pengukuran di Desa Sukosari, yang serig terjadi hujan

Saya Sedang menghidupkan Receiver GPS di titik Base


Saya dan 2 Teman Saya (Amik dan Aris) diatas motor Desa yang Hilang Kunciya



Selamat Membaca !
Surabaya, 25 Juli 2016
Dedy Kurniawan


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Membuat Nomor Halaman Romawi dan Angka Arab dalam Satu File

A. Pendahuluan Setelah sharing cara membuat Daftar Isi dengan bantuan Microsoft Word Kemarin , Entri kali ini akan membahas cara enomoran halaman pada karya tulis. Karya tulis umumnya meminta penomoran dalam 2 jenis angka, yaitu Angka Romawi (i, ii, iii dst.) dan Angka Arab / Biasa (1, 2, 3 dst.). Namun kadang juga terdapat karya tulis yang memiliki aturan penomoran halaman yang rumit. Kita menngunakan contoh, aturan Penulisan Nomor Halaman pada Laporan Tugas Akhir di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya sebagai berikut: 1. Bagian Awal diberi halaman dengan angka Romawi dengan huruf  kecil (i, ii, iii, iv, v,... dst) diletakkan pada bagian bawah di tengah  halaman 2. Bagian Inti/Pokok atau Batang Tubuh dan Akhir diberi nomor urut  dengan angka Arab, dimulai dengan angka 1 dan dimulai dari bab  Pendahuluan sampai dengan lampiran 3. Nomor halaman ditulis diatas (header) sebelah kanan untuk  halaman gasal dan sebelah kiri untuk halaman genap, kecuali  halaman pe

Simbologi Garis Batas Administrasi

Pendahuluan Alhamdulillah Allah masih memberikan kesempatan kepada saya untuk berbagi melalu entri pada blog ini. Kronologi munculnya blog ini adalah pada suatu hari saya mendapatkan pekerjaan pembuatan peta administrasi suatu desa, nah dalam tahapterakhir penyajiannya sebelum penyetakan yaitu tahap layouting (pengaturan tata letak peta), saya mengalami kendala dalam melakukan symbologi (pembuatan simbol-simbol ) pada peta. Poin masalahnya terletak pada pembuatan simbol garis batas administrasi. Kita semua tahu dan paham bahwa garis-garis batas administrasi pada peta harus dibedakan sesuai tingkat administrasinya. Misalnya garis batas antar negara tentu berbeda dengan garis batas antar provinsi, garis batas antar provinsi tentu berbeda dengan garis batas antar kabupaten/kota begitu seterusnya sampai batas administrasi terendah (Rukun Tetangga misalnya). Salah satu aturan tertulis yang mengatur hal ini adalah Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial (PERKABIG) No 3 Tahun 201

Hati-hati dengan kata "Halah" dan "Sek"

Proses penyelesaian tugas akhir beserta pernak perniknya di semester 8 ini membuat saya sadar dengan bahayanya kata-kata bahasa jawa "Halah" dan "Sek" (dalam Bahasa Indonesia diartikan "Kan Masih" atau "Nanti Saja" ). Biasanya kata-kata tersebut kita gunakan utuk menjawab pertayaan lawan bicara kita ketika kita diajak untuk mengerjakan sesuatu, misalnya seperti dialog berikut: Lawan Bicara: Ayo Sholat Rek, Wes Adzan KaeLo (Ayo Sholat, sudah adzan itu lho !) Kita: Halah sek gurung komat, sholat engko ae (Kan masih belum Iqomah, sholat nanti saja !) atau dialog ini: Lawan Bicara: Ayo sinau bareng, sesok enek kuis lho (Ayo Belajar bersama, besok kan ada kuis !) Kita: Halah bengi sek dowo, Engko wae sinaune (Kan malam masih panjang, nanti saja belajarnya!) intinya kata "Halah" dan "Sek"itu digunakan karena kita ingin menunda untuk melakukan sesuatu. Nah pada entri ini saya ceritakan pengalaman saya karena serin