A.
Pendahuluan
El Nino adalaha anomali iklim di Daerah Samudera
Pasifik Selatan. Daerah yang terkena dampak dari peristiwa El Nino adalah
Pesisir Barat Amerika Selatan dan Asia Tenggara. Dalam kondisi iklim normal
suhu permukaan laut di sekitar Indonesia umumnya hangat sehingga mudah
mengalami penguapan dan membentuk awan-awan hujan. Namun ketika terjadi
fenomena El Nino, Suhu permukaan laut samudera pasifik ekuator dan tengah
mengalami peningkatan sedangkan suhu di Perairan Indonesia mengalami penurunan
seperti ditujukkan oleh gambar 1. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya
perubahan pada peradaran masa udara yang berdampak pada berkurangnya
pembentukan awan-awan hujan di Indonesia.
Gambar 1. Sirkulasi Angin Pasat selama terjadinya El
Nino
La Nina atau biasa disebut anti El Nino adalah bagian
dingin siklus ElNino. Fenomena ini ditandai dengan terjadinya anomali
temperatur negatif di daerah samudera pasifik bagian tengah. Untuk
Indonesia,fenomena La Nina mengakibatkan meningkatnya suhu perairan, sehingga
menimbulkan peningkatan terbentuknya awan-awan hujan.
B.
Intensitas El Nino
1.
El Nino dalam
Intensitas Lemah (Weak El Nino), terjadi jika penyimpangan suku permukaan laut
di SamuderaPasifik bagian ekuator +0,5o sampai dengan +1,0o,
dan berlangsung selama minimal 3 bulan berturut-turut.
2.
El Nino dalam
Intensitas Sedang (Moderate El Nino) , terjadi jika penyimpangan suku permukaan
laut di SamuderaPasifik bagian ekuator +1,1o sampai dengan +1,5o,
dan berlangsung selama minimal 3 bulan berturut-turut.
3.
El Nino dalam
Intensitas Kuat ( Strong El Nino) , terjadi jika penyimpangan suku permukaan
laut di SamuderaPasifik bagian ekuator >+1,5o, dan berlangsung
selama minimal 3 bulan berturut-turut.
C.
Cara Mendeteksi El Nino
Secara umum
terdapattiga parameter yang dapat digunakan untuk mendeteksi terjadinya El Nino
yaitu:
1.
SOI ( Soutern
Oscilation Index )
Indeks
osilasi selatan adalah nilai indeks yang menyatakan perbedaan tekanan permukaan
laut (Sea Level Preasure), antara Tahiti dengan Darwin (Autralia) seperti
disajikan dalam gambar 2. Secara matematis SOI ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut:
Dimana:
Pdiff : Selisih antara rata-rata satu bulan SLP Tahiti dan rata-rata SLP Darwin
Pdiff : Selisih antara rata-rata satu bulan SLP Tahiti dan rata-rata SLP Darwin
Pdiffav
: Rata-rata jangka panjang
Pdiff di bulan yang dimaksud
SD(Pdiff) : Standar deviasi jangka panjang dari
Pdiff di bulan yang dimaksud
Apabila
nilai SOI selalu negatif dalam periode yang lama (minimal 3 bulan), maka dapat
disipulkan daerah Samudera Pasifik sedang mengalami El Nino.
Gambar 2. Baseline antara Tahiti dengan Darwin
(Australia), yang diguakan dalam perhitungan SOI, untuk mendeteksi terjadinya
fenomena El Nino
2.
SST (Sea Surface
Temperature)
El Nino juga dapat ditandai dengan meningkatnya suhu
permukaan laut (SST) di daerah Samudera Pasifik, namun di Perairan Indonesia
dan Astralia menjadi lebih dingin dan memilikicuaca yang kering. Hal ini
menyebabkan aliran angin pasa timur berbalik lagi ke arah barat tidak seperti
siklus yang normal seperti gambar dibawah 3.
Gambar 3. Anomali pergerakan angin pasat
yangmenyebabkan terjadinya pendinginan suhu permukaan laut di Perairan
Indonesia dan Australia bagian utara
D.
Dampak El Nino Bagi Indonesia:
Selama
terjadinya fenomena El Nino, Perairan Idonesia mengalmi penurunan suhu dengan
cuaca yang lebih kering seperti disajikan dalam gambar 4.
Hal tersebut menimbulkan berbagai
dampat diantaranya:
·
Berikut
dampak-dampak negatif yang muncul akibat adaya fenomena El Nino di Indonesia:
1.
Sirkulasi Angin
Monsoon Melemah
2.
Akumulasi Curah
Hujan di sebagian besar wilayah Indonesia Berkurang
3.
Cuaca di
sebagian besar wilayah Indonesia menjadi
lebih Kering
4.
Karena cuaca
kering, rawan terjadi bencana Kebakaran Hutan di sebagian besar wilayah
Indonesia
5.
Waktu musim
(Kemarau dan Hujan) tidak menentu
6.
Terjadi
peyusutan air-air sungai
7.
Masyarakat
mengalami kekeringan dan kekurangan air
·
Berikut
dampak-dampak Positif yang muncul akibat adaya fenomena El Nino di Indonesia:
1.
Lautan Indonesia
mengalami pendinginan, sehingga Ikan-ikan akan menuju permukaan untuk mencari
suhu yang sesuai sehingga pendapatan nelayan meningkat
2.
Proses
pengeringan garam lebih lepat karena cuaca yang kering
E.
Referensi:
Munsah, Fahmi dkk. 2015. Indonesia Environment and Energy Center (IEC), Newslatter. PT
Sinergi Solusi Indonesia. Jakarta
Comments
Post a Comment