Skip to main content

Analisis Harmonik PASUT dengan Metode Least Square

Assalamualaikum W. W.
Pada entri kali ini saya akan sedikit berbagi cara melakukan analisis harmonik data pasang surut, menggunakan metode Least Square (kuadrat terkecil). Namun sebelumnya yuk review materi sedikit:
Kondisi pasang surut umumnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis harmonik, metode ini memiliki hipotesis bahwa pasang surut merupakan penjumlahan dari beberapa komponen gelombang yang memiliki amplitudo dan frekuensi tertentu. Analisis tersebut bertujuan untuk mendapatkan amplitudo dan fase komponen-komponen pasang surut. Terdapat dua metode yang umum digunakan untuk menganalisis data pengamatan pasang surut, yaitu metode admiralty dan metode least square.

a.    Metode Admiralty
Metode admiralty dikembangkan oleh A. T. Doodson pada tahu 1928 (Cahyono, 2008). Kelebihan utama metode ini yaitu dapat menganalisis data pasang surut jangka waktu pendek (29 hari, 15 hari). Kelemahan dari metode admiralty ini adalah hanya digunakan untuk pengolahan data-data berjangka waktu pendek. Perhitungan dengan metode Admiralty saat ini dapat dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel. berikut diagram alir analisis harmonik pasang surut dengan metode ini,kalau ingin penjelasan lebih dalam ada dalam buku pasang surut karya Pak Ongkosongo, dkk atau buku Pelatihan hidrografi ITB-Pertamina

a.    Metode Least Square
Metode least square merupakan metode perhitungan pasang surut dengan mengabaikan faktor meteorologis (Tianhang dan Vanicek, 2007 dalam Cahyono, 2008).  Persamaan yang digunakan dalam metode ini adalah sebagai berikut:




Nah.. yuk lanjut contoh pengerjaan analisis harmoniknya.
Contoh yang saya gunaan adalah data pengamatan pasang surut 15 hari yang saya amati di laguna Segara Anakan, Kabupaten Cilacap 10-24 April 2016. Diagram alir yang saya gunakan adalah sebagai berikut:


Penjelasan Diagram:
a.       Mengisi data pengamatan
b.      Mendefinisikan Matriks Observasi (L)

t
Hari
Jam
Tgl_Jam
hti
1




2




3




4




5




6




7




      Jumlah baris matriks observasi sebanyak 360 baris

c.       Mendefenisikan Matriks Desain (A)
      Mengacu pada persamaan 5, untuk mencari 9 nilai Konstanta Pasut, maka nilai yang akan dicari ada 19 parameter  yaitu nilai Z0, A1, A2, …… , A9 dan B1, B2, B3, …., B9 seperti baris matriks berikut:


δhti
δhti
δhti
δhti
δhti
δhti
δhti
δhti
δhti
δhti
δZ0
δA1
δB1
δA2
δB2
δA3
δB3
δA4
δB4
δA5

δhti
δhti
δhti
δhti
δhti
δhti
δhti
δhti
δhti
δB5
δA6
δB6
δA7
δB7
δA8
δB8
δA9
δB9
       Jumlah baris matriks desain sebanyak 360 baris

d.      Menghitung Nilai Parameter
      Didapatkan nilai 9  parameter sebagai berikut:
Parameter
Nilai
Z0

A1

B1

A2

B2

A3

B3

A4

B4

A5

B5

A6

B6

A7

B7

A8

B8

A9

B9


e.       Menghitung Matrik Observasi setelah Dikoreksi
    Matrik Koreksi didapatkan dengan rumus V=AX-L, sedangkan Matrik Observasi setelah Dikoreksi (La), didapatkan dengan rumus La=L+V. Kemudian hasil tersebut disusun seperti tabel berikut:

Koreksi
Terkoreksi


Jumlah baris matriks observasi setelah dikoreksi sebanyak 360 baris
f.       Menghitung Amplitudo dan Fase
Didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut: 



No
Simbol
Parameter
Aplitudo
Fase


Z0
A
B
meter
der/jam
0
Z0





1
M2





2
S2





3
N2





4
K2





5
K1





6
O1





7
P1





8
M4





9
MS4







      Penjelasan Operasi Matriks (dalam Ms. Excel)
      Komponen-Komponen Matriks dalam Analisis Least Square Data Pasang Surut

ü Kerangka Perhitungan:

ü Persamaan:  (Terdapat 360 Persamaan)

ü Bentuk Umum : A X = L + V
ü Komponen-Komponen Matriks

1.    Matriks Desain
2.    Matriks Parameter


3.    Matriks Observasi
4.    Matriks Koreksi

File Excel bisa diunduh gratis Di Sini
Penjelasan lebih jelas terkait operasi excel bisa kunjungi Blog Berikut ini

Selamat Membaca !
Surabaya, 23 Juli 2016


Dedy Kurniawan





Comments

  1. apakah manfaat menyusun data pasut menjadi simetris?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Simbologi Garis Batas Administrasi

Pendahuluan Alhamdulillah Allah masih memberikan kesempatan kepada saya untuk berbagi melalu entri pada blog ini. Kronologi munculnya blog ini adalah pada suatu hari saya mendapatkan pekerjaan pembuatan peta administrasi suatu desa, nah dalam tahapterakhir penyajiannya sebelum penyetakan yaitu tahap layouting (pengaturan tata letak peta), saya mengalami kendala dalam melakukan symbologi (pembuatan simbol-simbol ) pada peta. Poin masalahnya terletak pada pembuatan simbol garis batas administrasi. Kita semua tahu dan paham bahwa garis-garis batas administrasi pada peta harus dibedakan sesuai tingkat administrasinya. Misalnya garis batas antar negara tentu berbeda dengan garis batas antar provinsi, garis batas antar provinsi tentu berbeda dengan garis batas antar kabupaten/kota begitu seterusnya sampai batas administrasi terendah (Rukun Tetangga misalnya). Salah satu aturan tertulis yang mengatur hal ini adalah Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial (PERKABIG) No 3 Tahun 201

Membuat Nomor Halaman Romawi dan Angka Arab dalam Satu File

A. Pendahuluan Setelah sharing cara membuat Daftar Isi dengan bantuan Microsoft Word Kemarin , Entri kali ini akan membahas cara enomoran halaman pada karya tulis. Karya tulis umumnya meminta penomoran dalam 2 jenis angka, yaitu Angka Romawi (i, ii, iii dst.) dan Angka Arab / Biasa (1, 2, 3 dst.). Namun kadang juga terdapat karya tulis yang memiliki aturan penomoran halaman yang rumit. Kita menngunakan contoh, aturan Penulisan Nomor Halaman pada Laporan Tugas Akhir di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya sebagai berikut: 1. Bagian Awal diberi halaman dengan angka Romawi dengan huruf  kecil (i, ii, iii, iv, v,... dst) diletakkan pada bagian bawah di tengah  halaman 2. Bagian Inti/Pokok atau Batang Tubuh dan Akhir diberi nomor urut  dengan angka Arab, dimulai dengan angka 1 dan dimulai dari bab  Pendahuluan sampai dengan lampiran 3. Nomor halaman ditulis diatas (header) sebelah kanan untuk  halaman gasal dan sebelah kiri untuk halaman genap, kecuali  halaman pe

Hati-hati dengan kata "Halah" dan "Sek"

Proses penyelesaian tugas akhir beserta pernak perniknya di semester 8 ini membuat saya sadar dengan bahayanya kata-kata bahasa jawa "Halah" dan "Sek" (dalam Bahasa Indonesia diartikan "Kan Masih" atau "Nanti Saja" ). Biasanya kata-kata tersebut kita gunakan utuk menjawab pertayaan lawan bicara kita ketika kita diajak untuk mengerjakan sesuatu, misalnya seperti dialog berikut: Lawan Bicara: Ayo Sholat Rek, Wes Adzan KaeLo (Ayo Sholat, sudah adzan itu lho !) Kita: Halah sek gurung komat, sholat engko ae (Kan masih belum Iqomah, sholat nanti saja !) atau dialog ini: Lawan Bicara: Ayo sinau bareng, sesok enek kuis lho (Ayo Belajar bersama, besok kan ada kuis !) Kita: Halah bengi sek dowo, Engko wae sinaune (Kan malam masih panjang, nanti saja belajarnya!) intinya kata "Halah" dan "Sek"itu digunakan karena kita ingin menunda untuk melakukan sesuatu. Nah pada entri ini saya ceritakan pengalaman saya karena serin