Skip to main content

KERJA PRAKTIK



KERJA PRAKTIK
A.      Gambaran Umum
Pada kurikulum akademik Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, terdapat beberapa jenis praktikum dan praktek lapangan terjadwal, diantaranya:
  • 1.      Praktik Pemetaan Terestris Dasar (di Area Kampus ITS)
  • 2.      Survei Toponimi (di Daerah Tertentu)
  • 3.      Praktik Pemetaan Terestris Lanjut (di Area Kampus ITS)
  • 4.      Praktikum Survey Rekayasa (di Area Kampus ITS)
  • 5.      Praktikum Survei Sisten Satelit Navigasi Global (GNSS) (di Area Kampus ITS)
  • 6.      Kemah Kerja / Field Camp (Pemetaan di Daerah Tertentu)
  • 7.      Survey Hidrografi (Camp di Pantai Tertentu)
  • 8.      Kerja Praktik (Melakukan Praktik Pekerjaan tertentu pada Instansi Tertentu yang berhubungan dengan keilmuan Geodesi-Geomatika)
Kerja praktik terletak pada rencana studi semester 7, umumnya mahasiswa melakukan kerja praktik pada liburan semester 6 untuk selanjutnya diujikan untuk mendapatkan nilai pada semester 7 dengan menyerakhan laporan hasil pelaksanaan Kerja Praktik. 



Gambar 1. Dokumentasi salah satu Praktikum Lapangan (Survei Hidrografi)


B.       Lokasi Kerja Praktik
Saya melaksanakan kerja praktik bersama dua teman saya yaitu Bima Pramudya dan Bekti Wahyu di Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang berlokasi di Jl. AH. Nasution No. 264 Kota Bandung, Jawa Barat.
Selama Kerja Praktik, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (PUSJATAN) sedang melakukan pengujian kelayakan pembangunan Jembatan Apung di Desa Ujung Alang, Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Oleh karena itu pelaksanaan kerja praktik kami dilaksanakan dalam dua sesi yaitu:
1.      Pengambilan Data Lapangan di Lokasi Perencanaan Jembatan Apung, Kampung Laut Cilacap
2.      Pengolahan dan Presentasi data Hasi di Kantor PUSJATAN, Bandung


Gambar 2. Berangkat menuju Kampung Laut dengan Kapal Nelayan, 
Dari Dermaga Majingklak Pangandaran


C.      Pengambilan Data Lapangan
Pengambilan Data lapangan kami Lakukan pada bulan juni tahun 2015, kami bertiga berangkat dari Surabaya (Stasiun Gubeng) menuju Banjar (Stasiun Banjar), dengan menggunakan Kereta Pasundan. Selama perjalanan tentu terasa sangat membosankan tapi untungnya, Bekti membawa buku-buku bacaan, satu buku yang menarik untuk dibaca adalah Kisah mantan Kapolri Jend. Hoegeng, yang terkenal karena kejujurannya di Era Orde Baru, bahkan Mantan Presiden RI ke-4, Abdurrahman Wachid Mengatakan: “ Hanya ada 3 Polisi yang jujur, yaitu Patung Polisi, Polisi Tidur dan Jend. Hoegeng”. Kisah hidup Pak. Hoegeng memang Keren untuk diteladani, banyak pilihan yang memerlukan kebijaksanaan dalam memilih, dengan dihadapkan dengan ancaman berbagai kepentingan, Pak Hoegeng Tetap Mengedepankan Kejujuran.
Setelah perjalanan panjang di kereta, Sampailah pada pemberhentian Kami yaitu Stasiun Banjar, disini kami menunggu jemputan dari Pihak PUSJATAN yang telah berangkat dari Kota Bandung. Sambil menikmati Pecel Banjar, kami duduk di Depan Pintu Masuk Stasiun untuk menunggu jemputan. Setelah menunggu sekitar 20 menit, akhirnya 2 mobil yang bertugas menjemput Kami datang, Langsung Keluar dari Mobil tersebut, Pembimbing Kami yang juga teman kuliah Dosen Pembimbing Jurusan kami yaitu Bapak Nazib Faizal, ST., M.Sc, kami juga dikenalkan dengan bagian terestris proyek yaitu Bapak Karyudi Prasetyo, A.Md. o.. iya belum saya sebutkan, bahwa dosen pembimbing kerja praktik Kami dari Jurusan adalah Bu. Ira Mutiara Anjasmara, ST., M.Phil.,Ph.D. Beliau yang memberi kami informasi bahwa, di PUSJATAN sedang terdapa proyek yang membutuhkan Keja Praktik dari Mahasiswa, jadi jagalah hubugan baik dengan dosen-dosen di jurusan agar kalau ada info-info seperti ini tidak terlewatkan. 
Gambar 3. Jalan Pangandaran di Depan BaseCamp di Pagi Hari

Setelah berkenalan kami langsung masuk mobil dan berangkat menuju Camp Tim Jembatan Apung, yaitu di Kabupaten Pangandaran, tepatnya di sebelah Kantor Polisi Jl. Pangandaran. Sesampainya di Camp kami ganti baju dan membersihkan diri, lalu kami berkumpul di Ruang Tengah Camp, untuk mendengarkan penjelasn tentang Proyek Jembatan Apung oleh Pak Nazib, Pak Gatot dan Pak Yudi. Disini kami mendapat gambaran jenis data apa saja yang digunakan dalam proses perencanaan Jembatan Apung ini, yaitu:
  • 1.      Data Pasang Surut (Hasil pengamtan paasang surut sederhana dengan palem ukur selama 14 hari)
  • 2.      Data Detil Situasi/ Topografi (Hasil pengukuran Total Station)
  • 3.      Data Weather Station (Pengamatan Cuaca)
  • 4.      Data Current Meter (Pengukuran Arus Perairan)
  • 5.      Perekaman Data GPS
  • 6.      Pemotretan Udara (dengan UAV)
Dari ke-6 jenis data tersebut, hanya 3 data yang belum didapatkan yaitu: Data GPS, Data Foto Udara/ UAV dan Data Current Meter. Jadi tugas kami sebagai mahasiswa kerja praktik adalah membantu proses pengambilan data yang kurang tersebut.
Gambar 4. Persiapan Instrumen sebelum menuju lokasi Pengambilan data lapangan

            Setelah data yang dibutuhkan telah terambil, selanjutnya kami dijamu oleh masyarakat Desa Ujung Alang, Kampung Laut. Ehm... Jamuannya Full Makanan Laut, mulai Kepiting, Ikan Berbagai Jenis, Kerang dll tersedia di meja makan, sampai kami kewalahan makan sea food hehe. Setelah acara makan selesai kami kembali menuju base camp di Kab. Pangandaran, menempuh jalur laut dengan kapal nelayan selama 1,5 jam, dan mobil selama kurang lebih 30 menit. Subhanallah... perjalanan laut disekitar segara anakan di malam hari keren banget, warna kelap-kelip kunang-kunang membentuk garis pesisir pantai pada mangrove-mangrove pesisir, indah banget.
            Sesampainya di basecamp, kami langsung mengumpulkan data-data lapangan yang telah didapatkan dari pengukuran lapangan dengan berbagai instrumen ukur. Disini kami melakukan pembagian tugas pengolahan, saya mengolah data GPS dan Pasang Surut, Bima mengolah data Topografi/ Detil, dan Bekti mengolah data Foto Udara dan Weather Station. Sedangkan untuk data kecepatan arus hasil pengukuran dengan current meter diolah langsung oleh Balai Sungai Solo, yang turut membantu kami dalam proses pengambilan data lapangan ini.
            Setelah tugas terbagi, selanjutnya kami beristirahat dan merencanakan kepulangan kami ke surabaya untuk melakukan pengolahan sementara, sebelum berangkat ke Kantor PUSJATAN, pada bulan Juni, dan menunggu perizinan kantor dipersiapkan oleh pembimbing kami disana. Akhirnya kami berangkat menuju surabaya dengan kereta pasundan menuju Stasiun Gubeng Surabaya.
 Gambar 5. Tulisan pada Kursi Kereta Pasundan yang Kami Gunakan

D.      Pengolahan Data di Bandung
Setelah mendapat kepastian izin kantor, kami bertiga bergegas mempersiapkan keberangkatan kami menuju Kota Kembang, Bandung untuk melakukan pengolahan sekaligus rapat-rapat perencanaan dengan Tim yang sudah ada di PUSJATAN. Alhasil berangkatlah kami dari stasiun dan dengan armada Kereta yang sama seperti saat akan mengambil data lapangan. Alhamdulillah, sekitar pukul 11 malam kami tiba di Stasiun Kiara Condong, Bandung untuk selanjutnya beristirahat sementara di rumah salah satu saudara Bekti, sambil mencari informasi Kos yang berdekatan dengan area Kantor PUSJATAN.
Akhirnya, kehidupan anak kos dimulai dari sini. Sebelum berangkat kantor antara kami bertiga menetapkan jadwal mandi yaitu dengan urutan, saya, bima dan terakhir bekti. Sebenarnya saya kurang tahu apa alasan saya menempati slot awal, mungkin karena kebiasaan saya yang bangun paling awal diantara bima dan bekti hehe........,. Lucunya jadwal tersebut terus kami pertahankan selama kami 2 minggu lebih di Bandung, saya selalu mandi dan siap berangkat ke kantor paling awal.
O.. iya belum kami jelaskan lokasi penempatan kerja praktik kami di Kantor PUSJATAN. Kami bertiga ditempatkan pada balai yang menangani perencanaan Jembatan Apung ini, yaitu Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan atau sering disingkat BJBJ. Balai yang diketuai oleh Bapak Ir. Setyo Hardono, MT., ini memiliki arsitektur gedung yang lumayan unik, desain atapnya melengkung dan didalamnya masih menggunakan struktur kayu. Ternyata balai ini juga memiliki laboratorium pengujian beton, baja dll yang akan diguakan dalam pembangunan dan perencaaan jembatan. Kami memiliki ruang kerja pada perpustakaan balai yang lumayan luas. 

Gambar 6. Pintu Masuk BJBJ PUSJATAN


Selama kami di balai ini, kami dibimbing penuh oleh pembimbingb II instansi yaitu Bapak Karyudi Prasetyo, A.Md., setiap hari kami dipantau progress pengolahan data yang telah kami lakukan, sesekali kami juga diminta mempresentasikan hasil pengolahan kami pada rapat Tim Jembatan Apung. Pengalaman ini tentunya sangat menegangkan, kami mempresentasikan hasil pengolahan data Pasang surut, data Topografi, Kecepatan Arus, Kondisi Cuaca dan GPS dihadapan para peneliti BJBJ, yang kebanyakan berasal dari disiplin ilmu Teknik Sipil. Ditambah lagi kami juga mengikuti rapat koordinasi dengan perwakilan Dishub Kab. Cilacap, Bappeda Kab. Cilacap dan Balai Sungai Solo. Tapi pengalaman ini membuat kami tahu kondisi sebuah rapat Tim, yang ssedang menggarap proyek khususnya jembatan itu seperti apa, tentunya ada banyak faktor yang diperdebatkan, dari sisi keamanan, keleluaasaan kapal yang melewati sisi sungai, faktor hukum, pendanaan dll. Keren.. pokoknya hehe.
Permasalahan umum yang sering dihadapi mahasiswa yang sedang kerja praktik adalah masalah konsumsi, maklum biasanya harga makanan di kota2 besar seperti Jakarta, Bandung, Samarinda, Palembang dll yang menjadi tujuan Kerja Praktik biasanya lebih mahal daripada harga makanan di sekitar Kampus ITS. Apalagi kami berada di bandung pada Bulan Ramadhan, mencari menu sahur yang enak, murah dan banyak itu sulit banget. Paling sering yang buka pas waktu sahur yang warung makan padang. Atau kami membeli menu sahur sebelum tidur, yang tentunya rasanya sudah berbeda. Tapi enaknya pas bulan ramadhan, ketika kami diajak rapat Tim Apung sampai malam, Kantor menyediakan menu berbuka puasa, mulai ayam bakar, Nasi Padang sampai HokBen tersaji secara gratis, lumayan untuk berhemat anak rantau, alhamdulillah selalu ada kemudahan dibalik suatu kesulitan hehe...
Gambar 7. Suana Rapat Tim Apung

       Sebelum data pengolahan dianggap fix, kami harus mempresentasikan hasilnya pada pembimbing I kami yaitu Bapak Nazib Faizal, ST., M.Sc. Pak Nazib ini adalah alumni Teknik Geodesi, teman seangkatan Dosen kami di Jurusan yaitu Bu. Ira Mutiara Anjasmara, ST., M.Phil., Ph.D., justru tahap ini yang paling mendebarkan, hehe... karena ini memang bidang bapaknya. Tapi alhamdulillah, setelah dua kali kami mempresentasikan hasil data kami sudah dapat diterima beliau dan kami diperbolehkan pulang ke Surabaya.

      
E.       Sesi Jalan-Jalan
Hal yang paling didambakan mahasiswa yang melakukan kerja praktik selain pengalaman kerja sesuai bidang kailmuan adalah sesi jalan-jalan di sekitar lokasi Kerja Praktik. Apalagi Kota Bandung terkenal memiliki obyek wisata yang banyak, mulai wisata alam, sejarah, religi, kuliner dan taman-taman kota yang indah, rugi pokoknya kalau tidak dinikmati. Apalagi didukung dengan angkot Kota Bandung yang keren kalau menurut saya, karena anti ngetem dan lumayan tertib. Sebenernya karena ditambah penumpang angkot yang geulis-geulius dari ITB, UNPAD dan UPI, menambah semangat kami untuk semakin menikmati Bandung.
Selama kami di Bandung kegiatan jalan-jalan kami tebagi menjadi dua sesi, yaitu sesi tidak terbimbing dan sesi terbimbing hehe.. kaya klasifikasi citra satelit aja yak. Sesi pertama adalah ketika kami jalan-jalan mandiri dengan angkot, kami mengunjungi Gunung Tangkupan Prahu yang super bersih dan tertata, Museum Konferensi Asia Afrika yang sangat membawa kita pada masa panasnya duni karena penjajahan yang masih terjadi di negara-negaa Asia-Afrika kala itu, Museum Geologi yang penuh batu akik dan fosil, Titik Nol Kota Bandung, Masjid Agung Kota Bandung yang terkenal akan rumput sintetisnya, sampai Gedung Sate yang megah. Berbagai kuliner juga sudah kami coba mulai bubur ayam bandung, Es Goyobot Bandung serta Molen Pisang.
 Gambar 8. Tim Kerja Praktik di Obyek Wisata Gn. Tangkupan Prahu

Gambar 9. Saya di Tugu Titik 0 Bandung
Gambar 10. Saya Museum Konferensi Asia Afrika
Gambar 11. Fosil di Museum Geologi

Sesi jalan-jalan kedua adalah sesi terbimbing, karena kami menggunakan mobil dinas PUSJATAN yang dikemudikan langsung oleh pembimbing II kami yaitu Pak Karyudi, kami juga berkenalan dengan Istri dan anak-anak pembimbing kami yang lucu hehe. Pada sesi ini kami mengunjungi jajaran warung makan malam di dataran tinggi yaitu “Punclut”, wisata belanja yang terkenal di Jalan Cihampelas atau terkenal dengan sebutan “Cihampelas Walk” dan Alun-Alun Kota Bandung di Malam Hari. Seneng ransanya bisa menikmati Kota Bandung di malam hari.
Gambar 12. Makan Malam bersama pembimbing 2 di Punclut

Dari sesi jalan-jalan ini, saya salut pada penataan tengah kota yang keren oleh Pemkot Bandung, khususnya di sekitar Museum KAA dan Alun-Alun Kota Bandung. Sangat rapi dan modern namun dapat tetap menonjolkan aspek sejarah. Selain itu perawatan Obyek wisata Gunung Tangkupan Prahu juga sangat keren, denger-denger dari sopir angkot yang kami sewa, pemeliharaanya dilakukan oleh instansi swasta.
Akhirnya selesai juga pelaksanaan Kerja praktik kami di PUSJATAN, saya sangat bersyukur dapat memperoleh pengalaman yang sangat berharga ini, semoga pengalaman dan ilmu yang diberikan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi bangsa ini nantinya amin.

Gambar 13. Tim Kerja Praktik ( dari Kiri, Bekti, Saya, dan Bima)

 Selama pelaksanaan kerja praktik, banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada saya. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :
1.    Orang tua penulis atas dukungan dan perhatiannya dalam bentuk apapaun kepada penulis,
2.    Mokhamad Nur Cahyadi, ST., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Geomatika ITS,
3.    Ir. Herry Vaza, M.Eng.Sc., selaku Kepala Pusat Penelitian Jalan dan Jembatan (PUSJATAN),
4.    Ir. Setyo Hardono, MT., selaku Kepala Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan (BJBJ),
5.    Balai Sungai Solo yang membatu Tim Apung dalam melakukan pengukuran arus Sungai Segara Anakan,
6.    Ira Mutiara Anjasmara ST., M.Phil., Ph.D., selaku dosen pembimbing kerja praktik dari Jurusan Teknik Geomatika ITS,
7.    Nazib Faizal, ST., M.Sc., selaku pembimbing 1 kerja praktik dari Pusat Penelitian Jalan dan Jembatan (PUSJATAN),
8.    Karyudi Prasetyo, A.Md., selaku pembimbing 2 kerja praktik dari Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan (BJBJ), PUSJATAN,
9.    Bapak Gatot, Bapak Widi serta Bapak / ibu yang tergabung dalam Tim Jembatan Apung dari Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan (BJBJ), PUSJATAN,
10.          Masyarakat Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, yang telah membantu penulis dalam proses pengambilan data lapangan,
11.          Teman-teman Jurusan Teknik Geomatika ITS, khususnya angkatan 2012 atas dukungan dan semangat yang telah diberikan,


Comments

  1. Keren, sangat menginspirasi, terima kasih sharingnya :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Simbologi Garis Batas Administrasi

Pendahuluan Alhamdulillah Allah masih memberikan kesempatan kepada saya untuk berbagi melalu entri pada blog ini. Kronologi munculnya blog ini adalah pada suatu hari saya mendapatkan pekerjaan pembuatan peta administrasi suatu desa, nah dalam tahapterakhir penyajiannya sebelum penyetakan yaitu tahap layouting (pengaturan tata letak peta), saya mengalami kendala dalam melakukan symbologi (pembuatan simbol-simbol ) pada peta. Poin masalahnya terletak pada pembuatan simbol garis batas administrasi. Kita semua tahu dan paham bahwa garis-garis batas administrasi pada peta harus dibedakan sesuai tingkat administrasinya. Misalnya garis batas antar negara tentu berbeda dengan garis batas antar provinsi, garis batas antar provinsi tentu berbeda dengan garis batas antar kabupaten/kota begitu seterusnya sampai batas administrasi terendah (Rukun Tetangga misalnya). Salah satu aturan tertulis yang mengatur hal ini adalah Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial (PERKABIG) No 3 Tahun 201

Membuat Nomor Halaman Romawi dan Angka Arab dalam Satu File

A. Pendahuluan Setelah sharing cara membuat Daftar Isi dengan bantuan Microsoft Word Kemarin , Entri kali ini akan membahas cara enomoran halaman pada karya tulis. Karya tulis umumnya meminta penomoran dalam 2 jenis angka, yaitu Angka Romawi (i, ii, iii dst.) dan Angka Arab / Biasa (1, 2, 3 dst.). Namun kadang juga terdapat karya tulis yang memiliki aturan penomoran halaman yang rumit. Kita menngunakan contoh, aturan Penulisan Nomor Halaman pada Laporan Tugas Akhir di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya sebagai berikut: 1. Bagian Awal diberi halaman dengan angka Romawi dengan huruf  kecil (i, ii, iii, iv, v,... dst) diletakkan pada bagian bawah di tengah  halaman 2. Bagian Inti/Pokok atau Batang Tubuh dan Akhir diberi nomor urut  dengan angka Arab, dimulai dengan angka 1 dan dimulai dari bab  Pendahuluan sampai dengan lampiran 3. Nomor halaman ditulis diatas (header) sebelah kanan untuk  halaman gasal dan sebelah kiri untuk halaman genap, kecuali  halaman pe

Hati-hati dengan kata "Halah" dan "Sek"

Proses penyelesaian tugas akhir beserta pernak perniknya di semester 8 ini membuat saya sadar dengan bahayanya kata-kata bahasa jawa "Halah" dan "Sek" (dalam Bahasa Indonesia diartikan "Kan Masih" atau "Nanti Saja" ). Biasanya kata-kata tersebut kita gunakan utuk menjawab pertayaan lawan bicara kita ketika kita diajak untuk mengerjakan sesuatu, misalnya seperti dialog berikut: Lawan Bicara: Ayo Sholat Rek, Wes Adzan KaeLo (Ayo Sholat, sudah adzan itu lho !) Kita: Halah sek gurung komat, sholat engko ae (Kan masih belum Iqomah, sholat nanti saja !) atau dialog ini: Lawan Bicara: Ayo sinau bareng, sesok enek kuis lho (Ayo Belajar bersama, besok kan ada kuis !) Kita: Halah bengi sek dowo, Engko wae sinaune (Kan malam masih panjang, nanti saja belajarnya!) intinya kata "Halah" dan "Sek"itu digunakan karena kita ingin menunda untuk melakukan sesuatu. Nah pada entri ini saya ceritakan pengalaman saya karena serin